Selasa, 01 Desember 2009

Beberapa Upacara Adat di Kota Solo

1. Garebek

Upacara adat yang diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan jawa, yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan kedua belas). pada hari tersebut Raja mengeluarkan sedekah sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut Hajad Dalem, berupa pareden atau gunungan yang terdiri dari gunungan kakung dan gunungan estri (lelaki dan perempuan)

2. Sekaten

Merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon asal-usul upacara ini sejak Kerajaan Demak. Upacara ini merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Prosesi Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu dan Kyai Guntursari, dari keraton untuk ditempatkan di depan Masjid Agung Surakarta. Selama enam hari, mulai hari keenam sampai kesebelas bulan Mulud dalam kalender Jawa, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan atau ditabuh menandai perayaan Sekaten. Pada akhir hari ketujuh upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud

3. Malam Satu Suro

Malam Satu Suro adalah perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Di Keraton Surakarta upacara ini diperingati dengan Kirab Mubeng Beteng (arak-arakan mengelilingi benteng keraton). Upacara ini dimulai dari kompleks Kemandungan Utara melalui gerbang Brojonolo kemudian mengitari seluruh kawasan keraton dengan arah berkebalikan arah putaran jarum jam dan berakhir di halaman Kemandungan Utara. Dalam prosesi ini pusaka Keraton menjadi bagian utama dan diposisikan di barisan depan. Pada barisan terdepan ditempatkan pusaka berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat

want to see the prosession click here at :

  1. http://www.youtube.com/watch?v=cII5QqWfQOM
  2. http://www.youtube.com/watch?v=OTHudzEKSpU
  3. http://www.youtube.com/watch?v=n5kanh666MI&feature=related

Sekatenan

Panitia Sekatenan Keraton Kasunanan Surakarta bakal menggelar upacara pembukaan Ungeling Gongso Sekaten tahun Je 1942/2009, senin (2/3) mulai pukul 13.00.

get more info at http://www.solocityview.com/

Kamis, 15 Oktober 2009

Wayang Kulit


Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia, yang terutama berkembang di Jawa dan di sebelah timur semenanjung Malaysia seperti di Kelantan dan Terengganu. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.