Selasa, 01 Desember 2009

Beberapa Upacara Adat di Kota Solo

1. Garebek

Upacara adat yang diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan jawa, yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan kedua belas). pada hari tersebut Raja mengeluarkan sedekah sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut Hajad Dalem, berupa pareden atau gunungan yang terdiri dari gunungan kakung dan gunungan estri (lelaki dan perempuan)

2. Sekaten

Merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon asal-usul upacara ini sejak Kerajaan Demak. Upacara ini merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Prosesi Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu dan Kyai Guntursari, dari keraton untuk ditempatkan di depan Masjid Agung Surakarta. Selama enam hari, mulai hari keenam sampai kesebelas bulan Mulud dalam kalender Jawa, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan atau ditabuh menandai perayaan Sekaten. Pada akhir hari ketujuh upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud

3. Malam Satu Suro

Malam Satu Suro adalah perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Di Keraton Surakarta upacara ini diperingati dengan Kirab Mubeng Beteng (arak-arakan mengelilingi benteng keraton). Upacara ini dimulai dari kompleks Kemandungan Utara melalui gerbang Brojonolo kemudian mengitari seluruh kawasan keraton dengan arah berkebalikan arah putaran jarum jam dan berakhir di halaman Kemandungan Utara. Dalam prosesi ini pusaka Keraton menjadi bagian utama dan diposisikan di barisan depan. Pada barisan terdepan ditempatkan pusaka berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat

want to see the prosession click here at :

  1. http://www.youtube.com/watch?v=cII5QqWfQOM
  2. http://www.youtube.com/watch?v=OTHudzEKSpU
  3. http://www.youtube.com/watch?v=n5kanh666MI&feature=related

Sekatenan

Panitia Sekatenan Keraton Kasunanan Surakarta bakal menggelar upacara pembukaan Ungeling Gongso Sekaten tahun Je 1942/2009, senin (2/3) mulai pukul 13.00.

get more info at http://www.solocityview.com/

Kamis, 15 Oktober 2009

Wayang Kulit


Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia, yang terutama berkembang di Jawa dan di sebelah timur semenanjung Malaysia seperti di Kelantan dan Terengganu. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

Kamis, 01 Oktober 2009

Batik Going to UNESCO



ETYMOLOGY


Although the word's origin is Javanese, its etymology may be either from the Javanese amba ('to write') and titik ('dot' or 'point'), or constructed from a hypothetical Proto-Austonesian root *beCĂ­k, meaning 'to tattoo' from the use of a needle in the process. The word is first recorded in English in the Encyclopedia Britannica of 1880, in which it is spelt battik. It is attested in Indonesian Archipelago of the Dutch colonial period in the various forms mbatek, mbatik, batek and batik





CULTURE


Batik has been both an art and a craft for centuries. In Java, Indonesia, batik is part of an ancient tradition, and some of the finest batik cloth in the world is still made there.Contemporary batik, while owing much to the past, is markedly different from the more traditional and formal styles. For example, the artist may use etching, discharge dyeing, stencils, different tools for waxing and dyeing, wax recipes with different resist values and work with silk, cotton, wool, leather, paper or even wood and ceramics



PROCEDURE
Melted wax (Javanese: malam) is applied to cloth before being dipped in dye. It is common for people to use a mixture of beeswax and paraffin wax. The beeswax will hold to the fabric and the paraffin wax will allow cracking, which is a characteristic of batik. Wherever the wax has seeped through the fabric, the dye will not penetrate. Sometimes several colours are used, with a series of dyeing, drying and waxing steps.Thin wax lines are made with a canting (also spelled tjanting or tjunting), a wooden handled tool with a tiny metal cup with a tiny spout, out of which the wax seeps. Other methods of applying the wax onto the fabric include pouring the liquid wax, painting the wax on with a brush, and applying the hot wax to pre-carved wooden or metal wire block (called a cap or tjap) and stamping the fabric
After the last dyeing, the fabric is hung up to dry. Then it is dipped in a solvent to dissolve the wax, or ironed between paper towels or newspapers to absorb the wax and reveal the deep rich colors and the fine crinkle lines that give batik its character. This traditional method of batik making is called Batik Tulis (lit: 'Written Batik').
The invention of the copper
block or cap developed by the Javanese in the 20th century revolutionized batik production. By block printing the wax onto the fabric, it became possible to make high quality designs and intricate patterns much faster than one could possibly do by hand-painting. This method of using copper block to applied melted wax pattern is called Batik Cap (often pronounced as 'cop', like "chop").
Indonesian batik used for clothing normally has an intricate pattern. Traditionally, wider curves were reserved for batik produced for nobles. The traditional cloth has natural colors (tones of indigo and brown) while contemporary pieces have more variety of color.Javanese batik typically includes symbols. Some decorative pieces may be mystically
-influenced, and this type is very rarely used for clothing. Some may carry illustrations of animals or other intricate designs.

Sabtu, 26 September 2009

Javanese Song "Macapatan"

Mantra Wedha
Click Here if u want to watch one of Javanese Song "Macapatan"
Is Slow, Melow, and I didn't know what are they play :P

Kamis, 24 September 2009

Petuah Jawa "Javanese Advance"

Papat Tancep Wolu Mupur 12 Ngesat 16 Nembe Tukuling Bakal las
Tinebehno tirto giyo samudro mureh tunggul linangkung rembogo
Sawur pupur amegah dapur nyawisi tirto nyawiji jotho
Tumungkuling puspo tan sinareng wedaring wacono
Adedasar cokro menggilingan ler leran dadi daharan sepah jinatah ing lemah

Empat (daun) saatnya tanam delapan (daun) berarti mupuk 12 (daun) mengeringkan dan 16 (daun) saatnya padi bunting
Jauhkan tanaman padi dari genangan air seperti samudera
Pupuk sebagai makanan dan air sebagai penghidupan harus seimbang
Keluarnya bunga jangan beriringan banyaknya angin
Lingkungan adalah siklus jika sukma (padi) telah hilang (dipanen) maka raganya (jerami) harus kembali ke tanah (sebagai pupuk)

Selasa, 15 September 2009

Bir Jawa, Taste It at Jogjakarta

Tidak lengkap jika tidak Anda teguk pula berbagai jenis minuman wedang (minuman hangat) yang khas kegemaran para Sultan, Royal Secang.
Ini merupakan ”menu wajib” para Sultan jika sedang menjamu para tamu khusus mereka.”Minuman ini biasa disajikan untuk tamu khusus, dari sejak HB I sampai HB X saat ini,” tutur Ny Joyokusumo pula. Juga Bir Jawa—perpaduan minuman jahe dan jeruk limau (lime) kegemaran Sultan HB VIII ketika para tamunya tengah menikmati minuman-minuman beralkohol. Sultan HB VIII, menurut Ny Joyokusumo, dulu memang gemar memasak.Jangan salah kira ini minuman keras. Bir Jawa adalah minuman khas campuran jahe, kapulaga, cengkeh, masoyi (mirip jahe padat), sereh, kayu secang, dan jeruk limau. Tanpa alkohol sama sekali

Get Tasted There !!!!

Senin, 14 September 2009

Javanese Alphabet

Javanese Alphabet

Ramalayan Jayabaya

Ramalan Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kadiri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa

1. Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran --- Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
2. Tanah Jawa kalungan wesi --- Pulau Jawa berkalung besi.
3. Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang --- Perahu berjalan di angkasa.
4. Kali ilang kedhunge --- Sungai kehilangan mata air.
5. Pasar ilang kumandhang --- Pasar kehilangan suara.
6. Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak --- Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.
7. Bumi saya suwe saya mengkeret --- Bumi semakin lama semakin mengerut.
8. Sekilan bumi dipajeki --- Sejengkal tanah dikenai pajak.
9. Jaran doyan mangan sambel --- Kuda suka makan sambal.
10. Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
11. Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman--- Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik
12. Akeh janji ora ditetepi --- Banyak janji tidak ditepati.
13. Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe--- Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
Manungsa padha seneng nyalah--- Orang-orang saling lempar kesalahan.
14. Ora ngendahake hukum Allah--- Tak peduli akan hukum Allah.
15. Barang jahat diangkat-angkat--- Yang jahat dijunjung-junjung.
16. Barang suci dibenci--- Yang suci (justru) dibenci.
17. Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit--- Banyak orang hanya mementingkan uang.
18. Lali kamanungsan--- Lupa jati kemanusiaan.
19. Lali kabecikan--- Lupa hikmah kebaikan.
20. Lali sanak lali kadang--- Lupa sanak lupa saudara.
21. Akeh bapa lali anak--- Banyak ayah lupa anak.
22. Akeh anak wani nglawan ibu--- Banyak anak berani melawan ibu.
23. Nantang bapa--- Menantang ayah.
24. Sedulur padha cidra--- Saudara dan saudara saling khianat.
25. Kulawarga padha curiga--- Keluarga saling curiga.
26. Kanca dadi mungsuh --- Kawan menjadi lawan.
27. Akeh manungsa lali asale --- Banyak orang lupa asal-usul.
28. Ukuman Ratu ora adil --- Hukuman Raja tidak adil
29. Akeh pangkat sing jahat lan ganjil--- Banyak pejabat jahat dan ganjil
30. Akeh kelakuan sing ganjil --- Banyak ulah-tabiat ganjil
31. Wong apik-apik padha kapencil --- Orang yang baik justru tersisih.
32. Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin --- Banyak orang kerja halal justru merasa malu.
33. Luwih utama ngapusi --- Lebih mengutamakan menipu.
34. Wegah nyambut gawe --- Malas untuk bekerja.
35. Kepingin urip mewah --- Inginnya hidup mewah.
36. Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka --- Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
37. Wong bener thenger-thenger --- Orang (yang) benar termangu-mangu.
38. Wong salah bungah --- Orang (yang) salah gembira ria.
39. Wong apik ditampik-tampik--- Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
40. Wong jahat munggah pangkat--- Orang (yang) jahat naik pangkat.
41. Wong agung kasinggung--- Orang (yang) mulia dilecehkan
42. Wong ala kapuja--- Orang (yang) jahat dipuji-puji.
43. Wong wadon ilang kawirangane--- perempuan hilang malu.
44. Wong lanang ilang kaprawirane--- Laki-laki hilang perwira/kejantanan
45. Akeh wong lanang ora duwe bojo--- Banyak laki-laki tak mau beristri.
46. Akeh wong wadon ora setya marang bojone--- Banyak perempuan ingkar pada suami.
47. Akeh ibu padha ngedol anake--- Banyak ibu menjual anak.
48. Akeh wong wadon ngedol awake--- Banyak perempuan menjual diri.
49. Akeh wong ijol bebojo--- Banyak orang tukar istri/suami.
50. Wong wadon nunggang jaran--- Perempuan menunggang kuda.
51. Wong lanang linggih plangki--- Laki-laki naik tandu.
52. Randha seuang loro--- Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
53. Prawan seaga lima--- Lima perawan lima picis.
54. Dhudha pincang laku sembilan uang--- Duda pincang laku sembilan uang.
55. Akeh wong ngedol ngelmu--- Banyak orang berdagang ilmu.
56. Akeh wong ngaku-aku--- Banyak orang mengaku diri.
57. Njabane putih njerone dhadhu--- Di luar putih di dalam jingga.
58. Ngakune suci, nanging sucine palsu--- Mengaku suci, tapi palsu belaka.
59. Akeh bujuk akeh lojo--- Banyak tipu banyak muslihat.
60. Akeh udan salah mangsa--- Banyak hujan salah musim.
61. Akeh prawan tuwa--- Banyak perawan tua.
62. Akeh randha nglairake anak--- Banyak janda melahirkan bayi.
63. Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne--- Banyak anak lahir mencari bapaknya.
64. Agama akeh sing nantang--- Agama banyak ditentang.
65. Prikamanungsan saya ilang--- Perikemanusiaan semakin hilang.
66. Omah suci dibenci--- Rumah suci dijauhi.
67. Omah ala saya dipuja--- Rumah maksiat makin dipuja.
68. Wong wadon lacur ing ngendi-endi--- Perempuan lacur dimana-mana.
69. Akeh laknat--- Banyak kutukan
70. Akeh pengkianat--- Banyak pengkhianat.
71. Anak mangan bapak---Anak makan bapak.
72. Sedulur mangan sedulur---Saudara makan saudara.
73. Kanca dadi mungsuh---Kawan menjadi lawan.
74. Guru disatru---Guru dimusuhi.
75. Tangga padha curiga---Tetangga saling curiga.
76. Kana-kene saya angkara murka --- Angkara murka semakin menjadi-jadi.
77. Sing weruh kebubuhan---Barangsiapa tahu terkena beban.
78. Sing ora weruh ketutuh---Sedang yang tak tahu disalahkan.
79. Besuk yen ana peperangan---Kelak jika terjadi perang.
80. Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor---Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
81. Akeh wong becik saya sengsara--- Banyak orang baik makin sengsara.
82. Wong jahat saya seneng--- Sedang yang jahat makin bahagia.
83. Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul--- Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
84. Wong salah dianggep bener---Orang salah dipandang benar.
85. Pengkhianat nikmat---Pengkhianat nikmat.
86. Durjana saya sempurna--- Durjana semakin sempurna.
87. Wong jahat munggah pangkat--- Orang jahat naik pangkat.
88. Wong lugu kebelenggu--- Orang yang lugu dibelenggu.
89. Wong mulya dikunjara--- Orang yang mulia dipenjara.
90. Sing curang garang--- Yang curang berkuasa.
91. Sing jujur kojur--- Yang jujur sengsara.
92. Pedagang akeh sing keplarang--- Pedagang banyak yang tenggelam.
93. Wong main akeh sing ndadi---Penjudi banyak merajalela.
94. Akeh barang haram---Banyak barang haram.
95. Akeh anak haram---Banyak anak haram.
96. Wong wadon nglamar wong lanang---Perempuan melamar laki-laki.
97. Wong lanang ngasorake drajate dhewe---Laki-laki memperhina derajat sendiri.
98. Akeh barang-barang mlebu luang---Banyak barang terbuang-buang.
99. Akeh wong kaliren lan wuda---Banyak orang lapar dan telanjang.
100. Wong tuku ngglenik sing dodol---Pembeli membujuk penjual.
101. Sing dodol akal okol---Si penjual bermain siasat.
102. Wong golek pangan kaya gabah diinteri---Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
103. Sing kebat kliwat---Yang tangkas lepas.
104. Sing telah sambat---Yang terlanjur menggerutu.
105. Sing gedhe kesasar---Yang besar tersasar.
106. Sing cilik kepleset---Yang kecil terpeleset.
107. Sing anggak ketunggak---Yang congkak terbentur.
108. Sing wedi mati---Yang takut mati.
109. Sing nekat mbrekat---Yang nekat mendapat berkat.
110. Sing jerih ketindhih---Yang hati kecil tertindih
111. Sing ngawur makmur---Yang ngawur makmur
112. Sing ngati-ati ngrintih---Yang berhati-hati merintih.
113. Sing ngedan keduman---Yang main gila menerima bagian.
114. Sing waras nggagas---Yang sehat pikiran berpikir.
115. Wong tani ditaleni---Orang (yang) bertani diikat.
116. Wong dora ura-ura---Orang (yang) bohong berdendang.
117. Ratu ora netepi janji, musna panguwasane---Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
118. Bupati dadi rakyat---Pegawai tinggi menjadi rakyat.
119. Wong cilik dadi priyayi---Rakyat kecil jadi priyayi.
120. Sing mendele dadi gedhe---Yang curang jadi besar.
121. Sing jujur kojur---Yang jujur celaka.
122. Akeh omah ing ndhuwur jaran---Banyak rumah di punggung kuda.
123. Wong mangan wong---Orang makan sesamanya.
124. Anak lali bapak---Anak lupa bapa.
125. Wong tuwa lali tuwane---Orang tua lupa ketuaan mereka.
126. Pedagang adol barang saya laris---Jualan pedagang semakin laris.
127. Bandhane saya ludhes---Namun harta mereka makin habis.
128. Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan---Banyak orang mati lapar di samping makanan.
129. Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara---Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
130. Sing edan bisa dandan---Yang gila bisa bersolek.
131. Sing bengkong bisa nggalang gedhong---Si bengkok membangun mahligai.
132. Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil---Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
133. Ana peperangan ing njero---Terjadi perang di dalam.
134. Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham---Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
135. Durjana saya ngambra-ambra---Kejahatan makin merajalela.
136. Penjahat saya tambah---Penjahat makin banyak.
137. Wong apik saya sengsara---Yang baik makin sengsara.
138. Akeh wong mati jalaran saka peperangan---Banyak orang mati karena perang.
139. Kebingungan lan kobongan---Karena bingung dan kebakaran.
140. Wong bener saya thenger-thenger---Si benar makin tertegun.
141. Wong salah saya bungah-bungah---Si salah makin sorak sorai.
142. Akeh bandha musna ora karuan lungane---Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe Banyak harta hilang entah ke mana, Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
143. Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram---Banyak barang haram, banyak anak haram.
144. Bejane sing lali, bejane sing eling---Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
145. Nanging sauntung-untunge sing lali---Tapi betapapun beruntung si lupa.
146. Isih untung sing waspada---Masih lebih beruntung si waspada.
147. Angkara murka saya ndadi---Angkara murka semakin menjadi.
148. Kana-kene saya bingung---Di sana-sini makin bingung.
149. Pedagang akeh alangane---Pedagang banyak rintangan.
150. Akeh buruh nantang juragan---Banyak buruh melawan majikan.
151. Juragan dadi umpan---Majikan menjadi umpan.
152. Sing suwarane seru oleh pengaruh---Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
153. Wong pinter diingar-ingar---Si pandai direcoki.
154. Wong ala diuja---Si jahat dimanjakan.
155. Wong ngerti mangan ati---Orang yang mengerti makan hati.
156. Bandha dadi memala---Hartabenda menjadi penyakit
157. Pangkat dadi pemikat---Pangkat menjadi pemukau.
158. Sing sawenang-wenang rumangsa menang --- Yang sewenang-wenang merasa menang
159. Sing ngalah rumangsa kabeh salah---Yang mengalah merasa serba salah.
160. Ana Bupati saka wong sing asor imane---Ada raja berasal orang beriman rendah.
161. Patihe kepala judhi---Maha menterinya benggol judi
162. Wong sing atine suci dibenci---Yang berhati suci dibenci
163. Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat---Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
164. Pemerasan saya ndadra---Pemerasan merajalela.
165. Maling lungguh wetenge mblenduk --- Pencuri duduk berperut gendut.
166. Pitik angrem saduwure pikulan---Ayam mengeram di atas pikulan.
167. Maling wani nantang sing duwe omah---Pencuri menantang si empunya rumah.
168. Begal pada ndhugal---Penyamun semakin kurang ajar.
169. Rampok padha keplok-keplok---Perampok semua bersorak-sorai.
170. Wong momong mitenah sing diemong---Si pengasuh memfitnah yang diasuh
171. Wong jaga nyolong sing dijaga---Si penjaga mencuri yang dijaga.
172. Wong njamin njaluk dijamin---Si penjamin minta dijamin.
173. Akeh wong mendem donga---Banyak orang mabuk doa.
174. Kana-kene rebutan unggul---Di mana-mana berebut menang.
175. Angkara murka ngombro-ombro---Angkara murka menjadi-jadi.
176. Agama ditantang---Agama ditantang.
177. Akeh wong angkara murka---Banyak orang angkara murka.
178. Nggedhekake duraka---Membesar-besarkan durhaka.
179. Ukum agama dilanggar---Hukum agama dilanggar.
180. Prikamanungsan di-iles-iles---Perikemanusiaan diinjak-injak.
181. Kasusilan ditinggal---Tata susila diabaikan
182. Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi---Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
183. Wong cilik akeh sing kepencil---Rakyat kecil banyak tersingkir.
184. Amarga dadi korbane si jahat sing jajil---Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
185. Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit---Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
186. Lan duwe prajurit---Dan punya prajurit.
187. Negarane ambane saprawolon---Lebar negeri seperdelapan dunia.
188. Tukang mangan suap saya ndadra---Pemakan suap semakin merajalela.
189. Wong jahat ditampa---Orang jahat diterima.
190. Wong suci dibenci---Orang suci dibenci.
191. Timah dianggep perak---Timah dianggap perak.
192. Emas diarani tembaga---Emas dibilang tembaga
193. Dandang dikandakake kuntul---Gagak disebut bangau.
194. Wong dosa sentosa---Orang berdosa sentosa.
195. Wong cilik disalahake---Rakyat jelata dipersalahkan.
196. Wong nganggur kesungkur---Si penganggur tersungkur.
197. Wong sregep krungkep---Si tekun terjerembab.
198. Wong nyengit kesengit---Orang busuk hati dibenci.
199. Buruh mangluh---Buruh menangis.
200. Wong sugih krasa wedi---Orang kaya ketakutan.
201. Wong wedi dadi priyayi---Orang takut jadi priyayi.
202. Senenge wong jahat---Berbahagialah si jahat.
203. Susahe wong cilik---Bersusahlah rakyat kecil.
204. Akeh wong dakwa dinakwa---Banyak orang saling tuduh.
205. Tindake manungsa saya kuciwa---Ulah manusia semakin tercela.
206. Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi---Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
207. Wong Jawa kari separo---Orang Jawa tinggal separo.
208. Landa-Cina kari sejodho --- Belanda-Cina tinggal sepasang.
209. Akeh wong ijir, akeh wong cethil---Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
210. Sing eman ora keduman---Si hemat tidak mendapat bagian.
211. Sing keduman ora eman---Yang mendapat bagian tidak berhemat.
212. Akeh wong mbambung---Banyak orang berulah dungu.
213. Akeh wong limbung---Banyak orang limbung.
214. Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teka---Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.